27 September 2011

Menyikapi salah satu sejarah terkelam bangsa ini


Sebentar lagi, tepatnya tgl. 01 oktober. Kita akan memepringati suatu hari tergelap dari negara tercinta ini, suatu sejarah kelam yang penuh tanda tanya, penuh kontroversi, penuh prasangka-prasangka baik kontra maupun pro. Suatu sejarah yang mungkin akan terjawab saat hari kiamat nanti.
kita masing ingat, pagi buta, tgl 01 oktober 1965, terjadi suatu penculikan dan pembunuhan, ketidakpastian kondisi sosial politik, carut marut komando atas militer, klaim, dan semuanya yang serba bingung. Satu kata : KACAU
dari berbagai versi dan pendapat sejarawan, keadaan negara sangat kacau, tidak jelas siapa bela siapa. Pasukan dari diponegoro dan brawijaya yang rencananya untuk defile pasukan di hari TNI dilanda kebingungan, apakah harus perintah dari Untung ataukah soeharto. Bagaimana posisi Omar Dhani, apakah hanya mempersiapkan kewaspadaan ataukah memang terlibat gerakan tersebut ? mengapa supardjo jauh-jauh datang dari kalimantan hanya untuk jadi bawahan Letkol untung, yang pangkatnya berada dibawahnya ? bagaimana posisi Soeharto, menurut untung dan Latief, soeharti sudah tahu gerakan tersebut bahkan sempat mengetahui adanya kerumunan pasukan saat pulang ? dan banyak lagi asumsi-asumsi…………………………
sejarah memang tidak boleh dilupakan. Seperti kata bung karno : jas merah (jangan sekali-kali melupakan sejarah). Ya, memang tetap harus kita telusuri siapa yang bertanggungjawabb terhadap pembunuhan kejam tersebut, penculikan yang menyebabkan ibu-ibu menjadi janda serta ana-anak menjadi yatim. Namun dengan segala pertimbangan, apakah kita juga tidak bisa mnelupakan sejarah kelam tersebut dengan tetap waspada. Waspada bukan hanya terhadap bahaya laten (kampanye orba) namun juga waspada terhadap individu-individu oportunis jahanam, ataupun kampanye-kampanye sesat terhadap segala sesuatu.
Sudah saatnya kita membangun peradaban bangsa ini. Kita pakai pelajaran dari peristiwa kelam dengan mengambil hikmah. Kita bisa mengambil pelajaran dari peristiwa kelam tersebut. Kita bisa membangun saling keterbukaan menerima perbedaan dari sikap politik. Kita bisa mencontoh bagaimana PKI bisa mengoragnisir danmenjadi populer dengan membina konstituen mereka hingga tingkat buruh tani dengan rapi. Kita bisa mengambil pelajaran bagaimana ketidak rapian pasukan penculik, terutama rantai komando dan tidak bisa mengambil keputusan. Menurut soeparjo, saat setelah menguasai RRI, tidak ada satupun semacam konferensi pers dari pasukan penculik ataupun saat ibu kota terjadi kebingungan siapa kawan siapa lawan, pasukan tisak bisa bergerak cepat mengambil keputusan. Dari situ kita dapat belajar bahwa keputusan seorang pemimpin saat penting saat genting ditunjang serta kesigapan operasional. Kita bisa mengambil contoh bagaimana pasukan Kostrad dengan cepat bergerak dan berkoordinasi dengan RPKAD. Dan masih banyak lagi pelajaran. Yang penting adalah mengambil dengan sikap positif, dan memaknai mungkin ini adalah jalan yang sudah alloh takdirkan. Kita belajar dengan pikiran terbuka dan positif. Bukankah alloh menguji hambanya sesuai dengan kemampuan hambanya, bukankah alloh jika cinta terhadap seseorang, maka pasti akan diuji, seperti emas, sebelum menjadi emas ia akan ditempa di bara api panas. Semoga kita akan menjadi bangsa yang besar, bangsa yang bisa belajar secara positif dari sejarah. Bangsa yang belajar dari sejarah gelap dengan pikirna positi, membangun dang tetap yakin HARAPAN ITU MASIH ADA.

08 September 2011

Berhati-hati saat Silaturahim....

selesai sudah tahapan ramadhan telah kit alewati, semoga aromanya tetap memberi semangat kita semua dalam menghadapi 11 bulan lainnya. Semoga kita semua menjadi manusia yang menang dan tetap istiqomah. Setelah kemaren berdesakan, berpeluh-peluh keringat, berpanasan dan mungkin harus bercapek-capekan bahkan yang lebih ekstrem lagi harus terpaksa menghutang untuk bisa mudik, merayakan hari kemenangan bersama saudara-saudara yang lama tidak jumpa, bersilaturahim ke saudara-saudara yang mungkin hanya ketemu setahun sekali. Ada banyak cerita, banyak semangat dan inspirasi yang mungkin bisa menghasilkan suatu hikayat atau bahkan legenda ataupun cerita yang akan selalu terulang, “like Deja Vu”.
Disana ada semangat untuk saling melepas kangen bersama saudara, saling memaafkan dan mungkin salin bercerita dengan semangat. Disana bisa menimbulkan inspirasi-inspirasi. Bagaimana seorang anak yang telah merantau di kota besar, bisa pulang dengan membawakan oleh-oleh untuk ortunya yang di desa walaupun hanya sepasang baju. Bisa bercerita bagaimana anaknya dan otomatis adalah cucu juga, manjadi bintang kelas di sekolahannya ataupun sudah mulai bisa berjalan dan berbicara.
Namun cerita-cerita yang seharusnya disimpulkan sebagai suatu pemaaf, simbol kemenangan dan kebahagiaan pasca ramadhan, bisa menjadi bumerang dengan disusupi syetan melalui hal-hal yang membuat iri, dengki, sombong bahkan menjurus menjelekkan anggota keluarga lain.
Ini yang kadang harus kita waspadai saat bersilaturahim ke saudara-saudara jauh. Jangan sampai materi yang kita bawa ataupun cerita yang kita sampaikan menjadi peluang syetan untuk membuat silaturahim kita menjadi ajang pamer dan ajang kebencian. Bersikaplan dengan sopan dan zuhud kepada semua saudara dan handai taulan. Tetap bersikap sebagaimana mahkota kemengan ramadhan tetap bertakhta di kepala kita. Bukankah mempertahankan lebih sulit dari merebut ?. apakah kita lupa, bahwa idul fitri bukan hari pembalasan, dimana saat kita merayakan bukan berarti melepas semua himpitan atau tekanan yang kita alami saat berpuasa. Idul fitri bukan hari untuk mengeluarkan yang tertahan di bulan ramadhan, dalam artian negatif.  Itu adalah bagian dari cobaaan kita untuk tetap mempertahankan kemenangan yang kita raih saat ramadhan.
Silaturahim diharapkan bisa memecahkan masalah-masalah yang ada di keluarga. Bukan malah menambahi masalah yang semakin memperuncing perbedaan. Jika ada handai taulan yang kesusahan menghadapi hidup, maka diharapkan dengan silaturahim itu akan memperingan kesusahan tersebut walaupun dengan kalimat-kalimat taujih. Silaturahim diharapkan bisa mempersatukan semangat lagi dan membuat semangat baru yang semakin kuat dan membara, sehingga diantara sesama saudara saling mengingat, memaafkan dan memahami. Bukankah konsep dakwah itu bertahap mulai dari taaruf sampai taawun. Bagi yang memang “belum” bisa membawa materi yang berlebihan, maka tetaplah bersilaturahim, bukankah dengan bersilaturahim akan menambah rejeki dan umur kita, sehingga kita bisa lebih banyak berbuat untuk umat. Doakanlah saudara kita agar tetap di berkahi alloh, dan berdoalah untuk dirisendiri dan keluarga agar bisa diberi rejeki yang banyak juga sehinnga kita bisa berbuat lebih banyak ke umat. Tetap mensyukuri, karena kebahagiaan bukan hanya materi tapi juga kesehatan, anak sholeh, rukun namun hal itu bukan berarti kita harus menyerah, berdoalah agar dikaruniai kekayaan yang banyak, sehingga bisa membeli mobil yang bagus sehingga dengan mobil tersebut kita bisa menjelajah keseluruh pelosok dan mempermudah akses dakwah kita. Berdoalan diberi uang yang banyak sehingga kita bisa berhaji, bahkan menghajikan ortu dan saudara kita, berdoalah agar harta kita smeua tetap barokah. Selamat bersilaturahim dan tetap istiqomah.

07 September 2011

SATU TIM....(belajar dari kekalahan dari Bahrain, dari sudut pandang seorang pekerja)



Setelah melihat sepak bola antara Timnas Garuda dengn Tim Bahrain yang akhirnya, kita harus puas kalau tim kita di bantai di kandang sendiri dengan skor 2-0. Dengan permainan yang bisa dibilang jauh dari “bagus’ saat berlaga di piala asia tempo hari. Dari sisi penyerangan, dengan mengandalkan gonzales sebagai target man dengan di dukung sokongan dari Boaz dan Bepe, seakan-akan menjadi macan ompong. Mungkin mandulnya lini depan ini juga perlu diperhatikan faktor lainnya, yaitu faktor kreatifitas lini tengan dan dukungan dari lini belakang ataupu keberanian untuk berkreatifitas dan melakukan overlapping untuk membantu serangan.
Saat bola sudah sampai di lini tengah, kemudian diumpankan ke lini depan, maka dengan segera itu, segera mandek. Karena pemain-pemain yang berkualifikasi penyerang seakan-sekaan tidak ada bantuan dari second line. Beda dengan Tim Bahrain, yang seakan-akan pergerakan pemain serta sokongan dari second line selalu ada.
Belajar dari pengalaman diatas, jika di analogikan dengan suatu prinsip kerja maka bisa diambil suatu Ibroh atau pelajaran. Jika ada seseorang atau tim yang bertanggungjawab untuk melakukan suatu tugas, action ataupun tugas rutin, maka kadang-kadang beban tugas hanya itumpukkan ke person yang mendapat amanah tersebut tanpa ada dukungan dari anggota tim lainnya meskipun berbeda divisi atau departemen. Saat si A mendapat tugas untuk melakukan pengawasan ataupun menyusun acara bagi suatu kemajuan perusahaan/yayasan/organisasi, maka seakan-akan si A bekerja sendiri. Inilah yang kadang menjadi suatu kontradiksi. Memang betul si A adalah yang memangku tanggungjawab terbesar, tapi apalah kemampuan, serta tanggung jawab si A, jika tidak mendapat sokongan dari anggota tim lainnya. Seharusnya satu tim merasa sebagai tim penuh. Seperti pepatah “There is no “I” in team” terjemahan bebasnya tidak ada kata “Aku” di dalam Team, yang memberi pengertian bahwa satu tim adalah satu, dan semuanya wajib bertanggung jawab. Kekalahan satu tim bukan hanya tanggung jawab penjaga gawang saja tapi juga semua lini bertanggung jawab. Kenapa pressing bek bisa kendor ? kenapa penyerang tidak bisa menghasilkan goal ? kenapa umpan-umpan lini tengan tidak ada yang akurat ?
Inilah diharapkan semua person di suatu divisi juga merasa memiliki tanggung jawab yang sama dengan divisi yang lain di suatu perusahaan. Dibutukan kebersamaan, legowo menerima perintah serta keberanian melakukan improvisasi (selama sesuai kaidah yang berlaku) dan berani bertanggungjawab. Jika si A mengalami kebuntuan saat membuat acara di sisi entertainment, mungkin saja si B yang seharusnya hanya bertugas sebagai perlengkapan, memberikan saran dan bantuan dengan menghubungi jariangannya yang bis amembuat acara entertainment begitu bagus. Jadi tidak ada anggota tim yang “Nganggur” melihat anggota lainnya sibuk. Seperti fasafah total football dengan jargonnya “pertahanan terbaik adalah menyerang” dan diukung pergerakan penuh pemain serta tanggung jawab dari pemain lain untuk segera menutup lini yang kosong yang ditinggal over lapping. Bisa saja seorang pemain tengan menjadi bek, jika bek tersebut melakukan over lapping ke depan membantu penyerangan. Jadi tidak ada lini yang kosong. Sama juga saat bagian dari acara kepanitiaan yang digagas dengan berbagai koordinator. Koordinator acara pun juga bisa harus menghandle koordinator perlengkapan, minimal tahu, tidak cuek serta tetap berempati.
Itulah gunanya tim yang handal, dimana saling memahami dan saling men-cover. Tapi yang bisa dipastikan lagi adalah hal itu “TIDAK MUDAH”, SULIT, SORO, UANGEL, ORA ISO.. dan kata-kata lain yang bernada pesimis. Tapi bukanlah seorang pemberani itu adalah orang yang merasa bahwa sebenarnya hal itu sulit, tapi dia akan tetap mencoba......