08 September 2011

Berhati-hati saat Silaturahim....

selesai sudah tahapan ramadhan telah kit alewati, semoga aromanya tetap memberi semangat kita semua dalam menghadapi 11 bulan lainnya. Semoga kita semua menjadi manusia yang menang dan tetap istiqomah. Setelah kemaren berdesakan, berpeluh-peluh keringat, berpanasan dan mungkin harus bercapek-capekan bahkan yang lebih ekstrem lagi harus terpaksa menghutang untuk bisa mudik, merayakan hari kemenangan bersama saudara-saudara yang lama tidak jumpa, bersilaturahim ke saudara-saudara yang mungkin hanya ketemu setahun sekali. Ada banyak cerita, banyak semangat dan inspirasi yang mungkin bisa menghasilkan suatu hikayat atau bahkan legenda ataupun cerita yang akan selalu terulang, “like Deja Vu”.
Disana ada semangat untuk saling melepas kangen bersama saudara, saling memaafkan dan mungkin salin bercerita dengan semangat. Disana bisa menimbulkan inspirasi-inspirasi. Bagaimana seorang anak yang telah merantau di kota besar, bisa pulang dengan membawakan oleh-oleh untuk ortunya yang di desa walaupun hanya sepasang baju. Bisa bercerita bagaimana anaknya dan otomatis adalah cucu juga, manjadi bintang kelas di sekolahannya ataupun sudah mulai bisa berjalan dan berbicara.
Namun cerita-cerita yang seharusnya disimpulkan sebagai suatu pemaaf, simbol kemenangan dan kebahagiaan pasca ramadhan, bisa menjadi bumerang dengan disusupi syetan melalui hal-hal yang membuat iri, dengki, sombong bahkan menjurus menjelekkan anggota keluarga lain.
Ini yang kadang harus kita waspadai saat bersilaturahim ke saudara-saudara jauh. Jangan sampai materi yang kita bawa ataupun cerita yang kita sampaikan menjadi peluang syetan untuk membuat silaturahim kita menjadi ajang pamer dan ajang kebencian. Bersikaplan dengan sopan dan zuhud kepada semua saudara dan handai taulan. Tetap bersikap sebagaimana mahkota kemengan ramadhan tetap bertakhta di kepala kita. Bukankah mempertahankan lebih sulit dari merebut ?. apakah kita lupa, bahwa idul fitri bukan hari pembalasan, dimana saat kita merayakan bukan berarti melepas semua himpitan atau tekanan yang kita alami saat berpuasa. Idul fitri bukan hari untuk mengeluarkan yang tertahan di bulan ramadhan, dalam artian negatif.  Itu adalah bagian dari cobaaan kita untuk tetap mempertahankan kemenangan yang kita raih saat ramadhan.
Silaturahim diharapkan bisa memecahkan masalah-masalah yang ada di keluarga. Bukan malah menambahi masalah yang semakin memperuncing perbedaan. Jika ada handai taulan yang kesusahan menghadapi hidup, maka diharapkan dengan silaturahim itu akan memperingan kesusahan tersebut walaupun dengan kalimat-kalimat taujih. Silaturahim diharapkan bisa mempersatukan semangat lagi dan membuat semangat baru yang semakin kuat dan membara, sehingga diantara sesama saudara saling mengingat, memaafkan dan memahami. Bukankah konsep dakwah itu bertahap mulai dari taaruf sampai taawun. Bagi yang memang “belum” bisa membawa materi yang berlebihan, maka tetaplah bersilaturahim, bukankah dengan bersilaturahim akan menambah rejeki dan umur kita, sehingga kita bisa lebih banyak berbuat untuk umat. Doakanlah saudara kita agar tetap di berkahi alloh, dan berdoalah untuk dirisendiri dan keluarga agar bisa diberi rejeki yang banyak juga sehinnga kita bisa berbuat lebih banyak ke umat. Tetap mensyukuri, karena kebahagiaan bukan hanya materi tapi juga kesehatan, anak sholeh, rukun namun hal itu bukan berarti kita harus menyerah, berdoalah agar dikaruniai kekayaan yang banyak, sehingga bisa membeli mobil yang bagus sehingga dengan mobil tersebut kita bisa menjelajah keseluruh pelosok dan mempermudah akses dakwah kita. Berdoalan diberi uang yang banyak sehingga kita bisa berhaji, bahkan menghajikan ortu dan saudara kita, berdoalah agar harta kita smeua tetap barokah. Selamat bersilaturahim dan tetap istiqomah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar